Keinginanku: Hanya ALLAH Sang Penentu


Hidup ini memang penuh dengan liku-liku, indah untuk dinikmati. Kalau kita merenung sejenak akan liku-liku kehidupan, berbagai ekspresi pasti akan muncul. Senyuman manis, tangis keharuan. desah kegundahan semuanya bisa terjadi dengan sendirinya. Ya, episode-episode dalam hidup ini ternyata sering memendam makna yang belum tentu bisa terkuak dalam waktu dekat. Satu saat mungkin kita berkeluh kesah atas peristiwa yang menimpa kita, dilain waktu kita tersenyum karena kita baru menyadari ada sebuah makna yang ingin ALLAH sampaikan lewat peristiwa tersebut. ALLOHU AKBAR.

Secara pribadi semakin hari saya semakin menyadari dan merasakan bahwa hidup ini memang kuasa NYA. Kita boleh berkehendak semau kita, tidak dibatasi setinggi apapun cita-cita dan impian semuanya sah dan kita boleh memilikinya. Tapi saya selalu sadar dan semakin faham Sang Khaliq lah yang punya kuasa. Dia yang lebih tahu skenario seperti apa yang sesuai dengan hambaNya.

Beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 1998 saya lulus dari STM. Bangga rasanya lulus dari sekolah teknik dengan kehlian di bidang elektronika komunikasi. Saya bertekad bulat untuk bekerja berbekal kemampuan yang saya miliki. Saya bercita-cita ingin membahagiakan orang tua dengan bekerja. Sayapun mengikuti test kerja di perusahaan ASTRA Microtronics Batam yang diadakan di Bandung. Empat tahap test saya lalui dengan mulus. Satu tahap lagi saya lulus maka saya akan menjadi seorang pengawas produksi barang elektronik di Batam. Tapi ALLAH berkehendak lain di test terakhir yang menyisakan 11 orang, 3 orang gagal termasuk saya. Stress rasanya waktu itu, impian saya seolah terbang dibawa ingin lalu. Ingin rasanya menyalahkan nasib yang tidak berpihak pada harapan saya.

Satu tahun berikutnya, baru saya merasakan hikmah yang terjadi pada peristiwa tersebut. Saat itu saya ikut UMPTN sekarang namanya SPMB. Alhamdulillah waktu itu saya diterima di Universitas Negeri Yogyakarta di jurusan Pendidikan Teknik Elektro. Meski di dalam hati saya agak kecewa karena cita-cita saya sebenarnya ingin keterima di UGM.
Saya baru menyadari jika saya keterima kerja di Batam setahun lalu saya mungkin tidak akan merasakan bangku kuliah. Sekali lagi ALLAH lebih tahu dari yang kita tahu.

Awal kali menginjakan kaki di Yogya saya sempet bingung karena belum ada tempat menginap, punya teman juga seorang akhwat yang sangat tidak mungkin sayan meginap di tempatnya. Masjid jadi pilihan pertama saat saya kebingungan mencari penginapan. Perkenalan dengan takmir masjid ternyata mengantarkan saya untuk tinggal dan menetap di Masjid Al-Jihad Karangasem Yogyakarta sebagai tempat yang saya diami selama 4 tahun di Yogya.
Saya menyadari ALLAH sedang memberikan pelajaran pada diri saya. Dengan tinggal di masjid tepatnya di ruangan berukuran 1×3 meter saya dituntut untuk hidup prihatin dan selalu menjaga pergaulan dan perilaku saya agar selalu berada dijalanNya.

Hari-hari berlalu terasa begitu cepat. Saya merasakan dunia kampus ternyata banyak memberikan perubahan dalam pola pikir dan pemahaman saya. Saya bersyukur bisa tinggal di masjid bergaul dengan teman-teman aktivis yang selalu mengingatkan ketika berbuat salah dan selalu tolong menolong ketika saling membutuhkan.
Aktivitas saya cukup padat Di kampus selain kuliah saya juga ikut Kegiatan KeIslaman ditingkat Universitas dan Fakultas, di masjid saya menjadi pengajar TPA dan juga menjadi Takmir dengan sederat agenda yang kadang-kadang melelahkan.
Disela-sela kesibukan saya berazzam harus menjadi seorang aktivis dengan IP baik dan lulus kuliah dengan cepat. Saya ingin mengubah image yang telah melekat pada diri aktivis yaitu jadi mahsiswa yang telat lulusnya.
Saya berusaha agar IPK saya terus berada diatas 3. Dan saya juga berusaha agar selalu istiqomah dalam aktivitas ke-Islaman baik di kampus maupun di masjid.
Saya berharap, saya dapat lulus cepat, IPK cumlaude, ketika lulus langsung kerja, nikah, punya anak. Hidup berkecukupan dalam keluarga sakinah mawadah wa rohmah.

Tapi skenario lagi-lagi berubah. Cita-cita saya rupanya belum dapat terwujud secepat itu. Di tahun keempat kuliah tepatnya 2004 setahun yang lalu, dengan berbagai pertimbangan demi kebaikan dan menjaga kehormatan saya memutuskan untuk menikah. Satu keputusan yang memang sudah saya pikirkan baik dan buruknya. Waktu itu saya hanya menyerahkan semuanya kepada ALLAH. Saya yakin ALLAH akan selalu bersama orang-orang yang ingin berbuat baik. Sebulan sebelum pernikahan saya sempet bingung juga. Ada rasa ketakutan yang menyelinap dan terbersit difikiran saya, dengan kondisi saya saat itu mahasiswa yang belum lulus kuliah dan belum kerja saya akan menikahi anak orang. NEKAT mungkin itu penilaian orang. Sekali lagi saya hanya berdo’a padaNya. Saya yakin Dia tak akan menyiakan hambaNya yang mencoba melaksanakan SunahNya.
Do’a saya dikabulkan, suatu waktu kurang lebih 3 mingguan sebelum hari pernikahan HP saya berdering. Seorang teman sesama aktivis masjid yang saat itu sudah bekerja di Bogor meminta saya untuk mengajar komputer di Bogor.
Gayung bersambut ternyata ini adalah jawaban atas kegundahan saya. ALLAH menjawabnya dengan skenario yang sudah dia buat. Meski saya agak berat untuk meninggalkan kuliah yang saat itu menyisakan skripsi yang sudah saya buat sampai BAB 3.

Akhirnya saya ambil keputusan untuk memilih kerja di Bogor meski harus menunda kelulusan yang boleh dibilang sudah di depan mata. Saya menyadari di dalam keputusan saya pasti ada resiko.

18 Juni 2004 akhirnya saya resmi menikahi seorang akhwat sesama aktivis di kampus. Pernikahan yang diadakan secara sederhana telah mengubah status saya dari bujangan menjasdi seorang suami yang memiliki tanggungjawab dalam memimpin keluarga.
Seminggu di cilacap (tempat kelahiran saya) saya langsung bawa istri saya ke bogor dan tinggal di rumah kontrakan. Kehidupan berumah tangga kami lalui secara mandiri. Saya bertekad tidak ingin membebani ornag tua ketika saya sudah berkeluarga. Kami berkomitmen apapun yang dihadapi akan berusaha ditangani berdua, kami tidak ingin bergantung pada orang tua.

Hari demi hari bahtera rumah tangga kami lalui. Layaknya sebuah perahu yang akan melaut kami mulai melaju dengan pasti meninggalkan pantai. Kehidupan rumah tangga semakin menambah kedewasaan saya. Saya semakin menyadari manfaat dari aktivitas dan kegiatan saya selama di Yogya. Ilmu yang saya dapat di forum-forum kajian di Yogya saatnya saya terapkan. Meski tak selamanya teori sama dengan kenyataan tapi saya selalu bersyukur kepadaNYA. Inilah yang terbaik bagi saya. ALLAH Maha Tahu yang kita tidak tahu.

Sembilan bulan menikah saya mendapat amanah baru. Seorang bayi kecil lahir sebagi buah hati kami berdua. Amanah dan tanggungjawab bertambah lagi di pundak saya. Hadirnya si kecil merubah drastis kebiasaan saya. Amanah yang satu ini benar-benar membutuhkan perhatian yang ekstra. Melelahkan rasanya. Namun saya selalu menyadari inilah bentuk ujian yang harus sukses saya jalani. Jika itu yang terfikir enak rasanya hati ini.

Saat ini si kecil udah 5 bulan sudah menjadi anak yang menggemaskan, sekaligus penyejuk kalbu. Sikapnya menjadi obat ketika lelah dan penyejuk di sela-sela kepenatan kerja. Alhamdulillah.

Keinginan saya saat ini adalah mampu membesarkan si kecil dengan kasih sayang, dan mengarungi bahtera rumah tangga dalam ridhoNYA. Dan tidak lupa menyelesaikan skripsi yang tertunda :).

Satu kata kunci yang selalu saya pegang dan saya percayai kebenaranya yaitu bahwa:
” Manusia memiliki keinginan, ALLAH lah yang menentukan mana yang terbaik bagi hambaNYA”.
“Percayalah selama kita berada dalam JalanNya, ALLAH akan bersama kita”

Wallahu ‘alam bishowab…..

Salam sayang buat istriku tercinta: Elis Ida Widaningsih
dan jundi ku tersayang : Izaz Ammar Dzaky Rizqullah

-akhdian-

5 pemikiran pada “Keinginanku: Hanya ALLAH Sang Penentu

  1. perjuangan mas akhdian panjang banget, hidup akan bermakna ketika mampu menjaga amanah Allah.
    saya juga dari Cilacap, Jl. Kakap Tlk Penyu.

    Suka

  2. assalamualaikum..

    mas akhdian, kenalin..
    sy juga anak cilacap
    sekarang di semarang…

    kapan2 tuker informasi n pengalamannya ya
    sy lagi pengen menekuni dunia komputer n TI

    udah ini dulu aja, mungkin nanti langsung kirim imel aja ke alamat mas akhdian

    thx sebelumnya
    wassalamualaikum…

    Suka

  3. Oh, ini mungkin yang membuat antum memperoleh award posting terbaik. Memang ceritanya cukup mengharukan 😦

    Beberapa bagian ada yg mirip2 dg pengalaman saya juga.

    Selamat yah…………

    Suka

Tulis Komentar