
Bagi anda Penggemar novel Ayat-ayat Cinta dan sedang menunggu penayangan Film Ayat-ayat Cinta tentu harus merasakan kekecewaan. Penayangan Film Ayat-ayat Cinta di tunda.
Saya pribadi kecewa. Lalu saya mencari tahu sendiri jawabannya di blog mas Hanung. Dan akhirnya saya menemukan dari sekedar jawaban yang saya harapkan. Kemudian saya menyusunnya dalam sebuah e-book.
Berikut cuplikan kata pengantar dari e-book yang saya buat.
Jujur saya adalah penggemar Novel-nover karangan kang Abik, panggilan untuk Habiburahman El Shirazy. Salah satunya adalah Ayat-Ayat Cinta (AAC). Meski buku itu saya baca jauh dari awal peluncuran, tapi saya merasa tidak ketinggalan dalam menemukan sari-sari keindahan dari Novel Ayat-ayat cinta tersebut.
Saya sampai meneteskan air mata ketika membaca Novel AAC. Sesuatu yang jarang saya lakukan dan jarang saya rasakan ketika membaca sebuah buku. Saya menemukan nilai lebih yang bisa saya ambil. Suatu suasana yang ‘mungkin’ pernah saya rasakan ketika menjadi aktivis Kerohanian FT UNY dan juga takmir M-Al-Ikhlash/Al-Jihad Yogyakarta beberapa tahun lalu. Ada kerinduan yang mengharu biru dalam dada saya . Kangen.
Setelah membaca AAC saya juga hunting novel karangan kang Abik yang lain. Meski hanya pinjam saat ini saya sudah membaca Novel Pudarnya Pesona Cleopatra, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2 dan Dalam Mihrab Cinta.
Setelah saya searching di Internet saya menemukan kalau AAC akan dibuat film layar lebarnya. Subhanallah. Saya merasa bersyukur karena seolah ada setetes embun sejuk ditengah perfilman Nasional yang hanya sering membuat Film bertema horor dan percintaan remaja.
Cerita tentang Film ini sudah tersebar di internet. Banyak blog yang memuat tentang akan tayangnya Film ini. Bahkan Trailer Film ini juga sudah beredar di situs Youtube.
Saya pun sudah menanti. Dan berniat menonton film ini sekeluarga. Namun ternyata Film AAC yang rencananya tayang akhir Desember mundur jadi Januari. Kenapa? Itu yang saya tanyakan dan mungkin jutaan pecinta AAC yang lain. Saya cari tahu. Saya search di Internet dan akhirnya menemukan blog Mas Hanung Bramantyo, sang sutradara AAC. Di blog mas Hanung
http://dearestmask.blogs.friendster.com/my_blog saya menemukan jawabannya. bahkan lebih dari yang saya butuhkan.
Blog Mas Hanung mengupas kisah-kisah pembuatan Film AAC secara detail. Jujur ketika saya membaca baris demi baris tulisan Mas Hanung saya merasa seperti membaca Novel bukan hanya membaca sebuah diary. Indah menyentuh. Perjuangan yang cukup melelahkan tapi penuh optimisme untuk mewujudkan idealisme.
Maka setelah membaca seluruh Kisah Di Balik Produksi AAC saya mendapat ide mengapa kisah tersebut tidak dibuat e-book. Akhirnya saya berusaha membuat e-book berdasarkan tulisan dari Mas Hanung yang ditulis di blognya. Saya mengedit apa adanya tulisan Mas Hanung. Saya belum sempat minta izin ke Mas Hanung dan semoga Mas Hanung tidak keberatan tulisannya saya buat E-book.
Anda penasaran, silakan download disini

Tulis Komentar