Rasulullah saw bersabda, “Sesunguhnya dalam jasad manusia terdapat segumpal darah. Jika rusak, maka rusaklah semua jasad manusia. Dan jika beres, beres pulalah semua jasad manusia. Ingatlah bahwa ia adalah hati.” (HR: Bukhari-Muslim).
Sabda Nabi tersebut memberikan penjelasan kepada kita, bahwa hati merupakan pusat ‘komando’ perilaku hidup manusia. Jika perilaku hidupnya selalu memberikan kemudlaratan, baik terhadap dirinya maupun orang lain, hal ini dikarenakan hatinya ternodai oleh bisikan setan.
Begitu pula sebaliknya, jika kehidupannya beres dan selalu berbuat baik, serta memberikan manfaat, baik terhadap dirinya maupun orang lain, hal ini dikarenakan hatinya yang selalu berdzikir dan selalu mendekatkan diri kepada Ilahi Rabbi.
Hati erat kaitannya dengan niat suatu amalan yang akan kita perbuat. Jika niat kita baik, maka malaikat akan mencatat bisikan kita, walaupun kita belum melaksanakannya. Lain halnya dengan bisikan kita yang jelek, malaikat belum mencatat, sehinggga amalan jelek tersebut diperbuat. Dan amalan tergantung niat, karena sesungguhnya segala urusan tergantung bisikan hatinya (HR: Bukhari-Muslim).
Dalam Alquran keadaan hati diilustrasikan kepada beberapa bagian. Di antaranya, pertama, hati yang tenteram yang selalu mengingat Allah. Dan mereka adalah orang-orang yang beriman (QS arra’d:28). Juga hati yang bersih, yang selalu beribadah karena Allah (QS: asysyu’ara’:89). Kedua, ialah hati yang berpenyakit disebabkan kebiasaan berdusta. Mereka adalah orang munafik, yang menampakkan keimanan di hadapan orang beriman dan menyembunyikan kekafiran dalam hatinya. Dan siksaan yang pedih merupakan balasannya (QS albaqarah:10). Juga hati yang gelap dan jelek dikarenakan keengganan menerima kebenaran Ilahi. Hati ini diilustrasikan seperti kerasnya batu, bahkan lebih keras dari batu (QS albaqarah:74). Juga hati yang takabur dalam menolak keesaan Allah (QS annahl:22).
Sejatinya, kita selaku kaum muslimin harus selalu menyirami hati kita dengan berdzikir kepada Allah, serta menjauhkan dari rasa hasud, dengki, sombong, amarah, dan hawa nafsu yang selalu menjerumuskan kepada kesesatan. Dan selalu mengingatkan saudara kita dari kegelapan serta kesesatan hati yang dimurkai Allah SWT.
Rasulullah saw selaku junjungan kita selalu bermunajat kepada Allah, “Ya Allah terangilah hati-hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu, seperti Engkau menyinari alam semesta ini selamanya dengan sang surya dan rahmat-Mu”.
Sungguh sebuah ungkapan yang amat dalam
Manakala hati berujar tanpa sekat dan kedengkian
Ia menjelma kata
Kata menjelma ‘amal
Amal menjelma ikhlash
Dan Ikhlash
Menjadikan ia sbagai mujahid
Alangkah malangnya diri
Manakala sang hati dirundung benci
Pada setiap apa yang ada kini
Dengan harap dan iri pada yang jauh dari diri
Manakala rindu tuk bertemu
Berkata dikala senja
Menunggu malam datangkan manja
Dalam peluk cintaMu wahai sang Rabba
Bersama gelinjang do’a
Yang terpanjat dipagi buta
Saat manusia mendengkur manja
Dibalik selimut dan kantuk yang menggila..
Aduhai Rabb…
Bantulah hambaMu menjaga hati
Dari Ghil, iri dan dengki
Karena hanya pada kuasaMu kulindungkan diri
Wassalam,
abazam
SukaSuka