Menikah: Tunda sebelum….


Menikah? Mungkin hanya orang-orang yang mempunyai alasan yang sangat khusus saja yang tidak ingin menjalaninya. 🙂 Sebagai manusia, menikah adalah sesuatu yang fitrah yang sudah digariskan Allah karena memang manusia memiliki kecenderungan terhadap setiap lawan jenisnya. Fase itu seolah menjadi sesuatu yang “wajib” dilalui pada batas usia tertentu (baligh) guna mendapatkan ketenangan hidup, kasih sayang bahkan rahmat Allah.

Rasulullah Muhammad saw pun dengan tegas mengatakan, bahwa bukan menjadi bagian ummatnya orang-orang yang membenci nikah, karena menikah adalah sunnahnya. Sungguh luar biasa ajaran yang dibawa Nabi Allah tersebut, disatu sisi Islam melarang ummatnya untuk mendekati zina, namun disisi lain sangat menganjurkan untuk menyegerakan menikah sebagai langkah tepat menjaga kesucian diri. Bahkan Allah pun masih memberikan toleransi bagi ummat-Nya untuk melakukan polygami jika memang hal tersebut menjadi satu-satunya solusi bagi permasalahan yang menyangkut urusan seksual seorang laki-laki, meski dalam hal ini mesti digarisbawahi bahwa masih dalam koridor menuju kesempurnaan taqwa dan kebersihan diri.

Namun pada kondisi seperti sekarang ini, saat perbandingan laki-laki jauh lebih banyak dari jumlah kaum hawa, saat semakin sulitnya mencari laki-laki sholeh yang tetap teguh dengan akhlaq mulianya di zaman serba modern ini, saat lebih semakin sulitnya menemukan laki-laki yang memiliki komitmen perjuangan dan pembelaan terhadap Islam yang begitu tinggi, sangatlah mungkin menumbuhkan perasaan “risau” direlung-relung hati para muslimah yang juga senantiasa memperbaiki akhlaq dan meningkatkan ketaqwaan kepada Rabb-nya. Sementara dalam benak dan khayal mereka, laki-laki pejuang dan pembela agama Allah-lah yang sangat menjadi dambaannya sebagai teman dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Karena nyatanya, diseperempat abad usianya, belum satupun datang menghampiri, meski ribuan lainnya mungkin begitu berharap kepada gadis cantik, berakhlaq baik, terpelajar yang sangat komitmen dengan agamanya. Namun dengan kelembutannya, ia menolaknya karena alasan kebersamaan perjuangan yang lebih diutamakannya. Nyatanya juga, dikematangan berpikir dan kedewasaan bersikapnya, belum juga seorang pun memberanikan diri menyatakan kesiapan membangun mahligai taqwa berdua menuju kesempurnaan beragama.

Meski janji Allah tidak teragukan lagi, bahwa laki-laki baik untuk wanita-wanita baik dan laki-laki tidak baik untuk wanita tidak baik pula. Meski meski disisi lain, Allah kerap menguji keberimanan hamba-Nya dengan ujian yang memberikan hikmah kesabaran bagi yang mampu melewatinya. Namun disinilah hakikat penciptaan hati manusia yang mudah dibolak-balikkan. Bahwa manusia kadang tetap teguh dengan keberimanannya meski ujian seberat apapun menggelayutinya, namun sepersekian detik berikutnya hatinya bisa begitu mudah terguncang oleh cobaan yang lain, terlebih cobaan yang berkaitan dengan hal-hal yang berdekatan dengan emosi seperti, orang tua, jodoh dan lain-lain.

Hal itu terbukti dari sekian banyaknya wanita-wanita muslimah yang begitu resah dan galau hatinya saat-saat memasuki usia pernikahan karena belum tergambarkan sesosok bayangan pun mengenai calon pendamping. Sementara usia terus merambat naik, seolah sosok bayangan itu terasa semakin menjauh dan terbang menghilang. Pada fase inilah terkadang banyak muslimah yang ‘menggadaikan’ kesholehahannya untuk ‘ditukar’ dengan laki-laki yang jauh dari harapannya saat masih menjadi aktifis dahulu. “Yang biasa aja harus nunggu kepala tiga dulu, apalagi yang luar biasa” komentarnya. Ini memang fase yang amat rentan bagi seorang muslimah, namun disinilah fase pembuktian muslimah-muslimah yang konsisten dan yakin akan janji Allah.

Khawatir, galau, gundah, resah dan segenap perasaan ketakutan tidak mendapatkan jodoh memang sangat peka dirasakan oleh kalangan muslimah, terlebih saat usia memasuki dasawarsa kedua. Karena bisa jadi -pikir mereka- semakin tambah usia mereka, semakin kecil probabilitasnya karena jumlah laki-laki belum menikah yang seumur mereka disinyalir terus berkurang. Saat seperti ini pulalah yang kemudian secara tidak disadari memindahkan fokus perhatian tidak sedikit para muslimah, dari ghirah meningkatkan ketaqwaan memperbaiki kualitas diri menjadi semangat mencari pasangan hidup. Padahal, sangat berbanding lurus antara peningkatan kualitas diri dengan peluang mendapatkan jodoh yang berkualitas.

Bicara soal kualitas, perlu kiranya memperhatikan kembali hal-hal yang mungkin belum ditingkatkan oleh para muslimah berkenaan dengan soal kesiapan mengarungi rumah tangga. Karena tentu saja, -ini yang sering dilupakan- yang menentukan kesiapan bukan hanya kita yang seringkali hanya melihat segi zahir saja, seperti usia dan materi. Padahal Allah-lah sang penentu utama kesiapan seseorang dalam memasuki jenjang rumah tangga. Sangat bisa, Allah menetapkan kita dalam status tidak memiliki persiapan apa-apa meski secara usia sudah lebih dari cukup dan materi juga tidak ada masalah.

Sudahkah kita berusaha meningkatkan kesabaran seperti dicontohkan Rahmah istri Nabi Ayub alaihi salam. Ia begitu sabar dan ikhlas hidup dalam kesengsaraan dan penuh kehinaan bersama sang suami, karena baginya kebahagiaan dalam kemuliaan dimata Allah-lah yang menjadi tujuannya.

Sudahkah kedewasaan dan kematangan bersikap kita diupayakan seperti kedewasaan Siti Khadijah, istri pertama Rasulullah saw. Meski harta berlimpah ditangan, tidak membuatnya sombong terhadap suami yang berpenghasilan kecil. Kelebihan usia juga bukan alasan untuk tidak patuh dan tidak hormat kepada suami.

Sudahkan kecemerlangan berpikir Aisyah radiallahu anha menjadi pelajaran bagi kita untuk dicontoh. Laki-laki, biasanya selalu bersikap rasional. Maka, yang diinginkannya pula dari pasangannya adalah hal-hal yang rasional, masuk akal. Istri yang cerdas dan mampu mengiringi pembicaraan dalam setiap diskusi tentu akan lebih menyenangkan bagi sang suami. Oleh karena itu, meningkatkan kualitas ilmu dan wawasan (dengan banyak membaca misalnya) menjadi sesuatu yang perlu dilakukan pada masa-masa pranikah.

Sudahkah sifat-sifat penyayang dan pelindung seperti yang diajarkan Asiyah istri Fir’aun kita usahakan terpatri menjadi bagian dari sifat kita. Sehingga, suami pun tidak akan merasa salah dalam menjatuhkan pilihannya kepada anda karena dia akan menemukan kehangatan kasih sayang itu pada diri anda. Tentu tidak hanya suami, kelak anak-anak kita pun besar dalam buaian kehangatan dan perlindungan ibu semacam Asiyah ini.

Sudahkah juga, semangat pengorbanan tertanam dalam diri ini 🙂

7 pemikiran pada “Menikah: Tunda sebelum….

  1. Ini nasihat yang baik untuk para Muslimah. Walaupun saya seorang ikhwan, saya sangat setuju jika hal yang kita bicarakan ini sebagai ujian yang membawa hikmah kesabaran. Jadi solusinya adalah tetap berada dalam kesabaran dan terus memperbaiki diri. dan sekali-kali janganlah kita mengharap kasih kepada manusia, karena siapa yang berharap kasih kepada manusia maka siap-siaplah kecewa dan patah hati. sebaliknya berharaplah kepada Allah agar diberikan dari sisi-Nya seorang pasangan hidup yang yang saleh dan baik. Siapa yang menggantungkan harapannya kepada Allah maka sesungguhnya Allah tak pernah mengecewakan orang yang hanya berharap kepadanya.

    Suka

  2. artikelnya bagus…… banyak hikmah yang bisa saya ambil…. menjawab pertanyaan yang sedang menggelayut di benak saya…. ^^, syukron…

    Suka

  3. Aku udah 2 tahun pacaran…
    dikala aq udah merasa siap untuk menikah, tiba2 dtng seorang pria menggoda calon istriku…
    dan calon istriku memutuskan hubungn denganku dan pacaran dengan pria yang lain tsb… Padahal tanggal dan hari akad nikah kami sama..
    yang sekarang saya lakukan adalah berusaha& berdoa… akhirnya saya putuskan untuk memajukan tanggal pernikahan, sebagai wujud keseriusan saya… ternyata rintangan belum habis sampai disitu.. dari perilakunya dia ingin tetap menjalankan pernikahan, tetapi dia tidak ingin menyakiti pria lain tsb.. akhirnya saya ambil keputusan bahwa saya kasih waktu dia berfikir 3 hari, kamis malam jum’at ini dia harus sudah ada jawaban, YA atau TIDAK, Semoga Allah meridhoi hubungan ini. Amin.. Mohon Do’anya y teman-teman..

    Suka

  4. menikah kalu tujuannya hanya cari pemuas nafsu tidak akan menjadi solusi. hendaklah disadari bahwa itu merupakan ciptaan allah. dan Alloh SWT tidak ingin jika dengan ciptaanya itu hambanya malah berbuat dzolim, dosa, atau bahkan syirik kepadanya-NYA, na’udzubillah.,…..

    Suka

  5. Aku insya Alloh akan melaksanakan sunnah Rosul untuk menikah besok Juli tanggal 17, Do’a kan biar lancar ya…..
    Setelah baca artikel ini aku tambah yakin dan ingin secepatnya bisa nikah….trims kawan.

    Suka

Tulis Komentar